top of page
  • Gambar penulisIndah Utami

Cerita Dibalik Terbitnya Filosofi Kopi dan Perahu Kertas Karya 'Dee' Lestari


BookTalk bersama Dee di IIBF 2020

Acara temu penulis dan booktalk bersama Dewi ‘Dee’ Lestari di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2020 yang diselenggarakan secara virtual via Shopee Live pada Kamis, 1 Oktober 2020. Membuat Dee banyak bercerita, tidak hanya tentang dirinya sebagai seorang penulis. Ditemani Didik Djunaedi yang menjadi host, Dee juga membagikan cerita-cerita kecil dibalik perjalanannya menerbitkan buku.

Salah satunya adalah penerbitan buku Filosofi Kopi dan Perahu Kertas. Kedua buku tersebut sudah ditulis terlebih dahulu oleh Dee sejak 1996, 4 tahun sebelum ia menulis manuskrip Supernova. Namun, keduanya terbit belakangan.


Hal ini dikarenakan Supernova yang dikonsepnya untuk menjadi novel serial. Maka dari itu, setelah selesai Supernova 1 (Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh) yang terbit pada 2001, Dee langsung menulis Supernova 2 (Akar) dan terbit di tahun selanjutnya. Kemudian lanjut ke Supernova 3 (Petir) di 2003.

Pada saat penulisan Supernova 3, Dee baru saja memiliki buah hati sehingga ia memutuskan untuk jeda sementara dari menulis novel. Baginya agak sulit untuk mengurus bayi dibarengi menulis novel. Mengurus bayi harus jauh lebih intensif dari menulis novel.

Akhirnya ia pun melihat kembali tulisan-tulisan lamanya. Banyak karya yang tidak pernah terpublikasi sebelumnya seperti cerpen-cerpen dalam Filosofi Kopi.

“Wah, ini kalau dijumlah-jumlah bisa jadi kompilasi, plus saya baru mengerjakan beberapa cerita pendek (cerpen) yang memang baru saya tulis pas tahun 2006 ketika Filosofi Kopi terbit, gitu.”


Buku dan Tiket Film Filosofi Kopi

Maka dari itu, akhirnya buku ke-4 karya Dee yang terbit adalah Antologi Cerpen Filosofi Kopi yang diangkat menjadi film layar lebar pada 2015 dengan judul yang sama, yaitu Filosofi Kopi.

Meskipun dalam penerbitannya berjalan mulus. Bagi mantan anggota trio vokal Rida Sita Dewi, menerbitkan Antologi Cerpen Filosofi Kopi membuatnya deg-degan.




“Bagi saya, itu sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Tadi saya nulis novel, bukan nulis cerpen. Walaupun sama-sama fiksi formatnya, tapi seni menulis cerpen itu agak berbeda dan orang mungkin belum pernah tau, bagaimana sih Dewi Lestari sebagai seorang penulis cerpen?” Ungkapnya.

Buku Filosofi Kopi menjadi trial pertama Dee menulis cerpen, dan dari situ mulai karya-karya lamanya ia tengok kembali.

“Wah, ini kayaknya bisa nih dikemas kembali, ditulis ulang, seperti Perahu Kertas. Bahkan itu tidak selesai, waktu tahun 1996 saya bikin, itu mungkin baru setengah kurang dari rencana saya. Jadi akhirnya saya mulai menulis ulang lagi untuk Perahu Kertas. Barulah karya-karya yang tadinya cuma terkubur di laptop itu akhirnya muncul satu-satu.”


Dee memegang buku karyanya saat Gala Premiere Film Perahu Kertas.

Perahu Kertas pun terbit di tahun 2009 dan di-film-kan juga pada 2012 dengan judul yang sama. Dalam buku Perahu Kertas, nama tokoh utamanya pun terinspirasi dari Keenan, anak pertama Dee Lestari.

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page